Oleh: Muhammad Talha
Memasuki genap satu tahun, Klinik Wahid sebagai fasilitas kesehatan milik Ahmadiyah yang dioperasikan oleh Khuddam Indonesia memulai babak baru dalam bisnisnya. Dulu saat awal Klinik beroperasi dan pandemi Covid-19 sedang jadi primadona berbagai kanal berita, banyak pasien melakukan tes swab antigen dan PCR, dampaknya dari segi operasional Klinik Wahid mendapat trend yang positif, sehingga cukup mudah bagi pihak manajemen melakukan pengembangan produk dan jasa, seperti pembukaan Poli Obgyn dan Poli Gigi pada awal Oktober 2021. Tetapi, setelah pandemi berubah menjadi endemi dan kompetisi di bidang kesehatan semakin ketat, Klinik Wahid harus segera melakukan transformasi.
Berdasarkan data 10 bulan terakhir, jumlah pelayanan di klinik Wahid mencapai 11.193 orang dengan rata-rata pelayanan 1.243 orang/bulan. Lalu dari segi keuangan, faskes tersebut mencatat pendapatan senilai 1.975M, sedangkan akumulasi biaya operasionalnya bernilai 1.56M, “berkat karunia Allah Taala klinik Wahid sudah mampu membiayai dirinya sendiri, karena pendapatannya sudah menutupi atau di bawah biaya operasional.” ungkap Makbul Supena selaku Direktur dari Klinik Wahid.
Namun disisi lain belanja infrastruktur (pengembangan bangunan gedung, peralatan dan perlengkapan medis-non medis serta perizinan) masih tetap dibutuhkan sebagai bagian dari belanja modal, nilai yang dikeluarkan dalam 9 bulan terakhir mencapai 686jt rupiah, nilai inilah yang ditutupi oleh pengorbanan para anggota MKAI di seluruh Indonesia melalui perjanjian.
Pihak menajemen juga menyampaikan bahwa untuk tetap dapat memberikan layanan yang optimal dan tetap eksis sebagai faskes milik Jemaat yang beroperasional secara profesional, Klinik Wahid harus terus melakukan penambahan fasilitas layanan dan berinovasi sesuai dengan tuntutan bisnis. “kita bertekad untuk menjadikan Klinik Wahid menjadi faskes yang unggul dalam memberikan pelayanan yang nyaman, efisien dan didukung oleh teknologi yang up to date”
Untuk mengisi perjanjian Klinik HD, silahkan menuju link ini